CEpat Responsif berMAnfaaT

CERMAT memberikan Informasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dengan Fitur Kecerdasan Buatan

App
  • CEPAT

    Dalam beberapa detik, Anda dapat mendapatkan jawaban dari Kecerdasan Buatan pada Fitur Chat

  • Responsif

    Menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

  • Bermanfaat

    Gunakan fitur Chat, Ticketing, dan Press Release dalam memohon Informasi bermanfaat terkait BPPSDMP.

01

FITUR TICKETING

Memberikan Pelayanan berjenjang sehingga informasi yang diminta dapat dilacak perkembangannya.

Bergabung Sekarang

02

FITUR LIVECHAT

Fitur ini memberikan keleluasaan untuk berbicara singkat dengan AI dan juga PIC BPPSDMP Profesional.

Gunakan Sekarang

03

FITUR PRESS RELEASE

Merupakan fitur yang mendata informasi yang layak untuk dikonsumsi publik dan media massa.

Lihat Detail

Testimonials

Bagaimana Pelayanan dari Platform CERMAT?

DAFTAR PRESS RELEASE



×

BIREUN - Kementerian Pertanian memberikan dukungan kepada petani di Bireun, Aceh, untuk meningkatkan areal sawah sekaligus meningkatkan produksi pertanian. Hal terlihat saat masyarakat dan petani di Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireun, melaksanakan Kenduri Babah Leung, di Lhok Pudeng Desa Meurah, Kecamatan Samalanga, Minggu (3/11/2024).

Kenduri ini merupakan warisan leluhur yang menjadi tradisi bagi sebagian besar masyarakat, terutama petani, yang dilaksanakan secara turun temurun.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, terus mengingatkan untuk meningkatkan produksi dalam rangka mewujudkan visi Presiden Prabowo Subianto yaitu swasembada pangan dalam waktu singkat.

Mentan Amran menargetkan swasembada pangan dapat tercapai dalam waktu empat tahun, namun dengan sinergi seluruh elemen bangsa, Ia optimis target tersebut dapat diraih dalam waktu kurang dari tiga tahun. 

"Kita akan mewujudkan swasembada pangan secepat mungkin, ini adalah perintah Presiden yang tidak bisa ditawar,” tegas Amran.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menilai terjaganya kearifan lokal ini membuktikan masyarakat di Aceh memiliki komitmen yang tinggi terhadap pertanian.

"Lewat kearifan lokal inilah masyarakat setempat mampu menjaga produksi pertanian," katanya.

Sekretaris BPPSDMP, Siti Munifah, yang hadir menyampaikan apresiasi dan penghormatannya terhadap kearifan lokal yang sampai saat ini masih berlaku. 

Di hadapan peserta ia juga berharap agar prosesi Babah Leung bisa dimajukan sehingga olah tanam bisa lebih cepat sehingga bulan Desember bisa dilakukan panen dan bisa tercatat oleh Badan Pusat Statistik di tahun 2024.

Menurut Siti Munifah agar apa yang dilakukan para petani dan stakeholder pertanian dihargai dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional.

"Mudah-mudahan bisa menjadi pemikiran kita bersama, kalau kenduri ini dilakukan bulan September maka bapak ibu petani yang menanam itu akan tercatat BPS di tahun yang sama. Karena kalau kenduri bulan September, tanam di Oktober, Desember sudah panen," ungkap Siti Munifah.

Sebagai informasi pola tanam padi serentak terbukti mampu meningkatkan produksi dan meminimalisir serangan hama tanaman. 

Menurut Ketua Mukim, Zulkifli, masyarakat yang hadir memanjatkan doa meminta kepada Allah SWT agar tanaman padi dijauhkan dari hama penyakit sehingga diharapkan hasil panen melimpah.

"Sebelum turun ke sawah masa tanam rendengan, ini merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen dan memanjatkan doa untuk hasil ke depan agar lebih baik dan melimpah," kata Zulkifli.

Kenduri diselenggarakan oleh warga secara mandiri, patungan menyumbang dana untuk membeli kerbau untuk disembelih.

Produksi padi Kabupaten Bireun pada umumnya mengalami peningkatan. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bireuen, Mulyadi saat menyampaikan sambutannya. 

Salah satu upaya yang dilakukannya adalah menekan serendah mungmin potensi serangan hama dengan melaksanakan tanam serentak.

"Kami dari dinas pertanian bekerja sama dengan semua elemen masyarakat komitmen bahwa kalau sekarang buka pintu air maka dua hamparan sawah akan olah tanah sekaligus," ujar Mulyadi.

Dalam filosofi masyarakat setempat, istilah Babah Leung adalah adalah prosesi buka pintu air, tanda dimulainya musim tanam di mana air yang menjadi salah satu unsur penting diharapkan bisa mengairi semua  sawah. 

Oleh karena itu, dijelaskan Mulyadi bahwa Kenduri Babah Leung menjadi momentum kesepakatan bersama semua unsur masyarakat untuk melakukan tanam serentak. Harapannya nanti Maret 2025 semua petani melakukan panen dengan hasil yang meningkat.

"Kita komit kemarin, di masa musim rendeng ini semua harus olah tanam agar panen nanti di Maret tahun depan selesai," imbuhnya.

Lebih lanjut, Mulyadi menjelaskan bahwa luas sawah di Bireun awalnya 14.944 hektar, setelah ada intervensi program dari Kementerian Pertanian meningkat menjadi 15.711 hektar.  

Hal itu menjadikan Bireun sebagai kabupaten nomor 2 yang berhasil memperluas areal sawahnya di Provinsi Aceh.


×

JAKARTA - Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian menyiapkan rencana strategis yang akan diterapkan dalam 5 tahun kedepan. Hal itu dilakukan dalam Workshop Perumusan Target dan Kerangka Pendanaan Rancangan Rencana Strategis (Renstra) BPPSDMP 2025-2029, 15-17 Oktober  2024. Kegiatan ini diikuti peserta offline sebanyak 70 orang dari UPT dan Satker Dekon.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, mengajak para insan pertanian untuk bekerja lebih keras membangun pertanian Indonesia.

"Tidak perlu menunggu Indonesia Emas, kita ditargetkan swasembada pangan dalam kurun 2 tahun," katanya, Selasa (15/10/2024).

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, yang membuka kegiatan ini secara online, berharap semua komponen terkait dapat bersinergi dan beradaptasi dengan program dan perencanaan terlebih akan ada kabinet baru.

"Akan ada lingkungan strategis baru khususnya di Badan SDM, diharapkan semua komponen di dalamnya dapat bersinergi dan beradaptasi," katanya.

Idha Widi Arsanti menambahkan, tahapan perencanaan harus visioner, serta mampu menterjemahkan tujuan menjadi langkah langkah konkrit yang mendukung Visi Indonesia Maju untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.

Menurutnya, ada beberapa poin yang merupakan Asta cita dari presiden terpilih Prabowo Subianto utamanya terkait fungsi BPPSDMP dalam memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM) sektor pertanian.

"Swasembada pangan akan menjaga ketahanan pangan sebagai bagian dari sistem pertahanan negara, Meningkatkan lapangan pekerjaan dan pembangunan SDM (pertanian)," jelasnya.

Selain itu, melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi guna meningkatkan nilai tambah, serta membangun dari desa, bottom up mulai dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan.

Santi berharap pelaksanaan workshop dapat menghasilkan output, indikator kinerja dalam pembangunan SDM Pertanian 5 tahun kedepan.

Sekretaris BPPSDMP Siti Munifah, yang memberikan prakata menjelaskan jika dalam 3 hari kedepan akan disusun rancangan Rencana Strategis BPPSDMP 2024 - 2029, dibantu oleh Konsultan dan menghadirkan narasumber dari Bappenas, Biro Perencanaan Kementan,  

"Restra kita merupakan bagian dari program dari Kementerian yang juga pararel dengan tujuan pembangunan nasional," katanya.

Narasumber Zulfriadi, dari Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas, menyampaikan materi Penyelarasan Target Nasional Pengembangan SDM Sektor Pertanian 2025 - 2029.

Dijelaskannya, draft RPJMN masih terus disusun dan masih membuka kesempatan untuk mengakomodir program program pemerintah 5 tahun kedepan yang akan ditandatangani presiden di Januari 2025.

"SDM pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan nasional khususnya di bidang pertanian," jelasnya.

Menurutnya, pemberdayaan masyarakat di pedesaan mendapat perhatian khusus Bappenas yang masuk dalam Draft Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029 yang akan ditandatangani oleh presiden Januari 2025. 

"Pemberdayaan dilakukan melalui penguatan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S), yang sudah terbukti menggerakan ekonomi pedesaaan melalui pola pelatihan dari oleh dan untuk petani," katanya. 

Selain itu, P4S juga terbukti berkontribusi dalam menumbuhkan minat generasi muda dalam bidang pertanian, dimana Regenerasi Petani juga merupakan fokus dalam sasaran pembangunan sdm pertanian.

"Hal lain yang menjadi fokus dalam pembangunan pertanian dengan mendukung standarisasi profesi pertanian dengan penguatan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)," ujarnya. 

Zulfriadi menjelaskan, penguatan standar ini dilakukan untuk menetapkan standar untuk profesi yang didalamnya memuat standar besaran pendapatan yang terkait bidang pertanian. 

"Harapanya dengan penetapan standar yang baku, sektor pertanian menjadi sektor yang menjanjikan. Penyuluhan juga masih menjadi fokus bagaimana komandonya apakah akan disentralisasi ke pusat atau di daerah," katanya lagi.

Dihari terakhir Workshop, peserta mengikuti sosialisasi atribut BPPSDMP secara online.

Sosialisasi atribut meliputi logo, visual guide line untuk publikasi dan dokumentasi di lingkup Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) yang berlangsung di Ruang Catur Gatra, Kantor Pusat  Kementan.


×

SEOUL - Pelatihan di mancanegara bagi para petani binaan Kementerian Pertanian RI seperti Workshop on K-Smart Farm Batch 3 di Korea Selatan, merupakan upaya pemerintah untuk mendukung dan mengawal para petani muda menjadi inovator, bukan sekadar pengguna teknologi canggih pertanian.

Saat ini Indonesia mengalami transisi teknologi signifikan. Digitalisasi merambah semua sektor, termasuk pertanian. Badan Pusat Statistik [BPS] melansir, kontribusi pertanian sekitar 13% pada Pendapatan Domestik Bruto [PDB]. Adopsi teknologi diharapkan meningkat, data menyebut hanya 18% atau sekitar 5,4 juta petani memanfaatkan teknologi modern.

Komitmen Pemerintah RI bagi petani muda mengembangkan teknologi pertanian, khususnya Smart Farming Korea [K-Smart Farm] dikemukakan oleh Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Siti Munifah di Seoul, Korea Selatan, Jumat [4/10] pada Closing Remarks to the Invitational Workshop Korea 2024 dari kegiatan Workshop on K-Smart Farm Batch 3.

Kegiatan pelatihan digelar oleh Korean Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries [EPIS] melalui koordinasi Kementerian Pertanian Korsel, Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs [MAFRA].

Upaya BPPSDMP Kementan bermitra dengan EPIS Korea, sejalan dengan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bahwa Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan pertanian konvensional namun harus menggunakan smart farming dan digitalisasi.

"Guna menerapkan semua itu, maka peningkatan kapasitas sumber daya manusia pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing mutlak dibutuhkan untuk mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern di masa depan," katanya.

Pernyataan senada dikemukakan Kepala BPPSDMP Kementan, Idha Widi Arsanti bahwa memasuki era industri 4,0, insan pertanian harus mulai memahami arti penting sistem digitalisasi serta teknologi dan inovasi.

"Teknologi dan inovasi sebagai modal utama dalam menarik generasi muda untuk menggeluti pertanian, baik secara keilmuan ataupun praktek langsung di lapang," katanya.

Closing Remarks
Kegiatan Closing Remarks dihadiri Direktur Divisi Internasional EPIS, Soyong Jung didampingi General Manager EPIS, Lee Kang Oh dan Project Manager of K-Smart Farm di Indonesia, Kwang Woo Lee serta sejumlah pejabat Kementan, widyaiswara dan dosen dari Unit Pelaksana Teknis [UPT] pelatihan dan pendidikan Kementan.

Lima petani muda Indonesia mengikuti workshop di Korea antara lain Rudy Adam dari Gorontalo, Diyah Rahmawati Wicak [Malang, Jatim], Herdiana Firmansyah [Pangandaran, Jabar], Agung Wirawan [Gowa, Sulsel], El Radhie Nour Ambiya [Aceh Besar, NAD].

Sekretaris BPPSDMP Kementan, Siti Munifah mengatakan pihaknya berkomitmen memfasilitasi alih teknologi dan pengetahuan dari para ahli, termasuk kolaborasi dengan spesialis dari Korea Selatan.

"Diakui, Korea telah menjadi pemain kunci dalam kemajuan teknologi pertanian di Indonesia melalui adopsi teknologi. Kami berharap hal ini akan mendorong jaringan kolaboratif antara petani muda dari Korea dan Indonesia," katanya.

Siti Munifah menambahkan, dalam pelatihan lokal tentang program K-Smart Farm, sekitar 278 petani milenial [terdiri atas 200 petani muda mengikuti pelatihan jangka pendek dan 78 petani muda mengikuti pelatihan jangka panjangtelah menerima pelatihan langsung dari para ahli Korea sejak 2022.

"Kami meyakini, dengan dukungan yang tepat, para petani muda akan mampu menciptakan solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sekaligus meningkatkan penghidupan mereka," kata Siti Munifah.

Dia mengapresiasi dukungan EPIS dan MAFRA atas kesempatan yang diberikan kepada tiga kelompok peserta sejak tahun 2022 untuk mempelajari dan mengamati berbagai teknologi pertanian inovatif di Korea.

"Kegiatan workshop tidak hanya menawarkan wawasan mendalam tentang praktik pertanian cerdas, juga ciptakan ruang bagi para peserta untuk terlibat dalam diskusi dan berinteraksi dengan para ahli di bidang pertanian," katanya.

Siti Munifah berharap pengalaman yang diperoleh peserta selama Workshop on K-Smart Farm Batch pertama hingga ketiga, akan menumbuhkan semangat inovasi dan kolaborasi dalam pengembangan sektor pertanian di Indonesia.

"Sebagai penutup, marilah kita bersama-sama memberikan dukungan penuh kepada para petani muda. Masa depan pertanian Indonesia berada di tangan mereka," ungkapnya.

Dengan kolaborasi, pelatihan, pendidikan, dan akses yang lebih baik, kata Siti Munifah, kita dapat menciptakan sektor pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan.


×

SEOUL - Sejumlah sentra utama pertanian presisi [Smart Farming] di Korea Selatan dipilih sebagai lokasi pelatihan bagi lima petani binaan Kementerian Pertanian RI, yang mengikuti Workshop on K-Smart Farm Batch 3. Sasarannya, pemberdayaan petani muda dengan memperluas akses ke teknologi canggih, untuk menciptakan ekosistem pertanian inklusif.

Sentra utama Smart Farm tersebut antara lain Green Monsters di Boryeong-si, Chungcheongnam-do; Happy Melon Farm di Gochang-gun, Jeollabuk-do budidaya melon; Gimje Smart Farm Innovation Valley di Jeollabuk-do [Wolbong-ri] tersebar pada tiga provinsi yakni Kimje di Provinsi Jeolla Utara, Goheung dan Sangju [Gyeongsang Utara] dan Miryang [Gyeongsang Selatan]; dan One Acre Farm di Gyeonggi-do.

Kegiatan workshop Korea yang diinisiasi Kementan digelar oleh Korea Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries [EPIS] melalui koordinasi Kementerian Pertanian Korsel, Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs [MAFRA].

Pembukaan kegiatan workshop dihadiri oleh Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Siti Munifah di Seoul, Korea Selatan pada Minggu [29/9] bersama Direktur Divisi Internasional EPIS, Soyong Jung didampingi General Manager EPIS, Lee Kang Oh dan Project Manager of K-Smart Farm di Indonesia, Kwang Woo Lee.

Kelima petani muda Indonesia yang mengikuti Workshop di Korea yakni Rudy Adam dari Gorontalo, Diyah Rahmawati Wicak [Malang, Jatim], Herdiana Firmansyah [Pangandaran, Jabar], Agung Wirawan [Gowa, Sulsel], El Radhie Nour Ambiya [Aceh Besar, NAD] serta sejumlah pejabat Kementan, widyaiswara dan dosen.

Upaya BPPSDMP Kementan bermitra dengan EPIS Korea, sejalan dengan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bahwa Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan pertanian konvensional namun harus menggunakan smart farming dan digitalisasi. 

"Guna menerapkan semua itu, maka peningkatan kapasitas sumber daya manusia pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing mutlak dibutuhkan untuk mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern di masa depan," katanya.

Pernyataan senada dikemukakan Kepala BPPSDMP Kementan, Idha Widi Arsanti bahwa memasuki era industri 4,0, insan pertanian harus mulai memahami arti penting sistem digitalisasi serta teknologi dan inovasi. 

"Teknologi dan inovasi sebagai modal utama dalam menarik generasi muda untuk menggeluti pertanian, baik secara keilmuan ataupun praktek langsung di lapang," katanya.

Smart Farming
Di Seoul, Korsel pada Minggu [29/9], Sekretaris BPPSDMP Kementan, Siti Munifah menegaskan kegiatan workshop merupakan implementasi Kerjasama Kementan dan EPIS Korsel di bawah koordinasi MAFRA.

"Tujuannya, meningkatkan wawasan peserta untuk mempelajari pembangunan pertanian Korea yang telah mengaplikasikan teknologi tinggi dalam berusaha tani," katanya.

Green Monsters di Boryeong-si, Chungcheongnam-do, salah satu dari empat lokasi pelatihan Smart Farming. Green Monsters mengembangkan pertanian presisi komoditas timun berteknologi canggih. Dikelola oleh tiga milenial, yang fokus mengembangkan usaha sejak 2021 pada lahan 4.620 m2 dengan populasi 10.000 tanaman ketimun.

Happy Melon Farm di Gochang-gun, Jeollabuk-do merupakan
sentra budidaya melon dengan memproduksi melon cantaloupe, melon musk dan melon merah.

Gimje Smart Farm Innovation Valley di Jeollabuk-do [Wolbong-ri] salah satu dari Gimje Smart Farm yang tersebar pada tiga provinsi yakni Kimje di Provinsi Jeolla Utara, Goheung dan Sangju [Gyeongsang Utara] dan Miryang [Gyeongsang Selatan]. Sejak dirintis pada 2011, sasarannya memperkuat daya saing pertanian dengan membina profesional muda dan distribusi teknologi canggih. 

Gimje Smart Farm Innovation Valley setiap tahun melatih sekitar 5.500 petani lokal dan mancanegara dilengkapi fasilitas ruang pelatihan, pusat industri, pusat pelatihan alat pertanian, pusat pelatihan pertanian praktis, dan pusat pelatihan Smart Farming.

One Acre Farm di Gyeonggi-do mengembangkan rekayasa genetika pada kegiatan budidaya, menghasilkan produksi kualitas premium. Pasalnya, budidaya berlangsung di ruang steril secara terencana yang bebas pestisida, herbisida, GMO, logam berat, hama dan debu serta minimalisir penggunaan air hingga 90% menjadikan produknya sebagai puncak dari komoditas ramah lingkungan. 

Kegiatan pelatihan pada sentra smart farming tersebut diharapkan oleh Siti Munifah bahwa kelima petani muda peserta workshop dapat menjalani metode pelatihan yang beragam, termasuk sesi teori, demonstrasi praktis, dan studi kasus, yang penting untuk meningkatkan pemahaman. 

"Memahami transisi dari pertanian konvensional ke pertanian berbasis teknologi membutuhkan metodologi pelatihan yang komprehensif. Mulai dari analisis kebutuhan untuk memahami latar belakang dan tantangan petani, serta mengevaluasi sumber daya yang tersedia," katanya lagi. 


×

VIENTIANE - Organisasi antar pemerintah regional non politik dan nirlaba, Asian Productivity Organization [APO] berupaya mempromosikan konsep dan strategi bagi hasil [Gainsharing] dan pembagian keuntungan [Profit Sharing] dengan mengeksplorasi pendekatan gainsharing. Tujuannya, mendorong distribusi keuntungan yang lebih adil pada seluruh rantai nilai pertanian bagi pembangunan pedesaan.

Upaya APO tampak pada pelatihan offiline di Manila, Filipina bertajuk Gainsharing pada Usaha Agribisnis, yang digelar oleh Development Academy of the Philippines [DAP] pada 20 - 24 Mei 2024. Selain memperkenalkan konsep dan strategi Gainsharing dan Profit Sharing, APO juga mengkaji metodologi untuk merancang rencana dan strategi bagi hasil.

Sebanyak 25 peserta dari 18 anggota APO menyelesaikan kursus pelatihan di Manila, dipandu oleh empat narasumber dari Bangladesh, India, Malaysia, dan Filipina.

Peserta pelatihan di Filipina mempelajari konsep Gainsharing melalui studi kasus dan latihan praktis, termasuk merancang Rencana Aksi. Puncaknya, kunjungan lapangan ke Koperasi Pembangunan Sorosoro Ibaba, yang memperlihatkan contoh-contoh inisiatif Gainsharing yang berhasil.

Komitmen APO mengemuka pada hari kedua Konferensi APO 2024 di Vientiane, Laos, Kamis [3/10] yang mengusung tema ´Gainsharing Produktivitas bagi Pembangunan Pedesaan´ dari entitas ekonomi dan keuangan pada 21 negara anggota APO.

Upaya tersebut sejalan harapan Menteri Pertanian (Mentan) RI Andi Amran Sulaiman bahwa pemerintah desa dapat berperan aktif dalam menggerakkan roda ekonomi pedesaan melalui pengembangan pertanian, karena menyangkut hajat hidup orang terhadap pemenuhan kebutuhan pangan.

"Kementan memiliki sejumlah program yang bisa sinergi dengan kegiatan pembangunan desa seperti penambahan areal tanam melalui gerakan tanam serentak didukung pompanisasi dan kawasan pertanian terpadu," katanya.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Idha Widi Arsanti menekankan pada pelibatan generasi muda khususnya milenial pada pengembangan pertanian di pedesaan.

"BPPSDMP Kementan mendukung upaya pemerintah melakukan regenerasi petani, sekaligus melahirkan pengusaha muda pertanian yang berdampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat pertanian Indonesia,” kata Kabadan yang akrab disapa Santi.

Pembangunan pedesaan, katanya, harus diupayakan dengan meningkatkan kapasitas petani, didukung peran generasi muda, dukungan kebijakan dan perbaikan infrastruktur untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan individu.

Konferensi APO 2024 dibuka oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan Laos, Malaythong Kommasith di Vientiane pada Rabu pagi [2/10] yang dihadiri 123 peserta dari 15 negara serta enam narasumber dari Inggris, Jepang, Laos, Malaysia dan Filipina.

Konferensi APO 2024 di Laos berlangsung dua hari, 2 - 3 Oktober, diikuti 15 negara dari 21 negara anggota. Indonesia hadir diwakili oleh Kementerian Pertanian RI khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] dan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal RI serta perwakilan petani muda dari Bali.

Diketahui, APO adalah organisasi antar pemerintah regional yang khusus untuk meningkatkan produktivitas di kawasan Asia Pasifik melalui kerja sama yang saling menguntungkan. APO bersifat non politik, nirlaba, dan non diskriminatif.

Didirikan pada 1961 dengan delapan anggota pendiri, saat ini APO terdiri dari 21 negara anggota, berupaya membentuk masa depan kawasan Asia Pasifik dengan mendorong pembangunan sosial ekonomi anggotanya melalui layanan konsultasi kebijakan nasional, bertindak sebagai wadah pemikir, inisiatif peningkatan kemampuan kelembagaan, dan berbagi pengetahuan untuk meningkatkan produktivitas.

Rencana Aksi
Studi kasus dan latihan praktis termasuk merancang Rencana Aksi Gainsharing menjadi komitmen APO mendukung revitalisasi daerah pedesaan, sebagai isu penting dan mendesak bagi negara-negara anggota APO.

Harapan tersebut dikemukakan  Menteri Perindustrian dan Perdagangan Laos, Malaythong Kommasith saat membuka Konferensi APO di Vientiane untuk mengkaji tantangan dan peluang menerapkan model Gainsharing.

"Tujuannya, mendorong pembangunan pedesaan yang berkelanjutan, menetapkan solusi terbaik, dan mengkaji faktor-faktor utama dalam model pembagian keuntungan di lingkungan pedesaan," katanya.

Pembagian keuntungan di antara pemangku kepentingan pedesaan dapat menekan urbanisasi, dengan menghasilkan pendapatan agribisnis di daerah pedesaan," katanya.

Ketua Kelompok Substansi Hukum dan Humas BPPSDMP Kementan, Septalina Pradini mengatakan bahwa peserta Konferensi APO 2024 di Laos sepakat mengakui bahwa wilayah pedesaan saat ini dan ke depan menghadapi tantangan berat.

"Hal itu akibat keterbatasan akses hasil produksi pertanian ke pasar, pendidikan rendah dan pekerjaan tidak layak memicu urbanisasi. Pembangunan pedesaan sangat penting bagi pertumbuhan sosial ekonomi yang seimbang di kawasan Asia Pasifik," kata Septalina yang hadir mewakili BPPSDMP Kementan.

Septalina menambahkan, ´Laporan Masa Depan Kota-Kota Asia & Pasifik 2023´ yang dilansir oleh Badan PBB, ECSAP and Habitat, menyebut tentang tantangan dampak urbanisasi seperti kesenjangan sosial, ketahanan pangan dan degradasi lingkungan serta perubahan iklim.

Konferensi APO 2024, katanya, menegaskan pentingnya pembangunan pedesaan untuk pertumbuhan sosial ekonomi yang seimbang di kawasan Asia-Pasifik


×

KUALA LUMPUR - Pemerintah RI dan Malaysia menaruh perhatian besar pada pengembangan petani muda, untuk mendukung upaya regenerasi pertanian di kedua negara di tengah tantangan krisis pangan global dan perubahan iklim bagi tercapainya ketahanan pangan di Kawasan Asia Tenggara.

Upaya kedua negeri jiran mengemuka pada pertemuan Kementerian Pertanian RI dan Kementerian Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia, yang dihadiri oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Idha Widi Arsanti dan Direktur Divisi Pelatihan dan Pengembangan Kapasitas Pertanian, Puan Hizatul Haliza di Kuala Lumpur pada Selasa pekan lalu [24/9].

Pertemuan tersebut memperkuat komitmen kedua negara anggota ASEAN tersebut untuk menggalakkan keterlibatan generasi milenial pada pertanian modern sebagai petani muda dan wirausahawan muda melalui pemanfaatan teknologi bagi peningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil sebagai produk komersial berdaya saing tinggi.

Upaya tersebut sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bahwa generasi milenial sebagai penggerak utama kemajuan pertanian Indonesia, dan berbagai inisiatif Kementan terus diarahkan untuk memberdayakan mereka sebagai agen perubahan di sektor pertanian.

"Generasi milenial menjaga ketahanan pangan nasional dan mendorong mereka untuk terlibat aktif dalam sektor pertanian yang lebih modern dan produktif," katanya.

Mentan Amran juga menyoroti tentang pentingnya akses permodalan serta dukungan lembaga keuangan bagi petani milenial untuk mengembangkan ekosistem pertanian di pedesaan.

Pemerintah Malaysa
Dalam pertemuan di Kuala Lumpur tersebut, Kepala BPPSDMP Kementan, Idha Widi Arsanti mengemukakan komitmen Indonesia melalui Tiga Pilar SDM Pertanian di Kementan yakni Penyuluhan, Pelatihan dan Pendidikan.

"Saat ini, Mentan Amran focus pada peningkatan produksi padi dengan sejumlah strategi sehingga mendorong petani muda untuk menanam pagi," kata Kabadan SDM Kementan yang akrab disapa Santi.

BPPSDMP Kementan, katanya, berharap dapat bekolaborasi dengan berbagai pihak termasuk Pemerintah Malaysia, khususnya dalam peningkatan kapasitas dan pendidikan yang dapat bertukar informasi dan pertukaran program [exchange].

"Membuka beasiswa kepada anak anak untuk pendidikan vokasi terkait modernisasi pertanian, manfaatnya untuk kedua pihak dapat membantu kesejahteraan petani," kata Santi yang berada di Kuala Lumpur didampingi Koordinator Kelompok Hukum dan Humas BPPSDMP Kementan, Septalina Pradini.

Sementara Direktur Divisi Pelatihan dan Pengembangan Kapasitas Pertanian, Puan Hizatul Haliza mengatakan bahwa Malaysia seperti halnya Indonesia, berupaya menggalakkan generasi muda melibatkan diri pada bidang pertanian sebagai pekerja mahir dan pengusaha pertanian bertaraf komersil dan berskala besar melalui penggunaan teknologi terkini bagi peningkatan produktivitas dan kualitas produk pertanian.

"Program yang dijalankan Malaysia berdasarkan Standar Kemahiran Pekerjaan Kebangsaan yang fokus pada pelatian  berdasarkan kompetensi kemahiran dan Latihan yang pelaksanaannya didukung oleh Jabatan Pembangunan Kemahiran pada Kementerian Sumber Manusia," katanya.

Puan Hizatul Haliza menambahkan, kegiatan pelatihan berupaya menghasilkan tenaga kerja mahir yang meliputi semua level, mulai dari pekerja mahir, penyelia dan pengurusan bidan pertanian.

"Targetnya, menghasilkan usahawan tani muda yang berdaya saing dan kreatif untuk meningkatkan pendapatan nasional Malaysia," ungkap Puan Hizatul Haliza.

Waktu pelatihan, katanya lagi, 12 bulan hingga 24 bulan termasuk tiga bulan pelatihan pada industri dan usaha, sementara pelatihan 18 bulan, empat bulan di antaranya untuk praktik pada dunia industri.

Bidang yang ditawarkan program pelatihan antara lain budidaya pertanian, peternakan, hortikultura, perikanan air tawar dan laut, pengolahan pangan, pemasaran dan perdagangan komersial hasil pertanian.


×

Gandeng EPIS Korea, Kementan Perluas Akses Petani Manfaatkan Teknologi Presisi

SEOUL - Pemerintah RI khususnya Kementerian Pertanian RI berupaya memberdayakan petani, dengan memperluas akses ke teknologi canggih, untuk meningkatkan keterampilan mereka, dan membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim. Guna menciptakan ekosistem pertanian yang inklusif di mana semua petani, baik besar maupun kecil, dapat memperoleh manfaat dari teknologi.

Komitmen Kementan dikemukakan Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Siti Munifah di Seoul, Korea Selatan, Minggu [29/9] pada pembukaan kegiatan Workshop on K-Smart Farm Batch 3 bagi 'Peningkatan Pendapatan Petani Muda Indonesia dengan Mengadopsi Teknologi Pertanian K-Smart di Indonesia.

Sekretaris BPPSDMP Kementan, Siti Munifah hadir di Seoul mendampingi sejumlah petani muda Indonesia yang akan mengikuti Workshop di Korea yakni Rudy Adam dari Gorontalo, Diyah Rahmawati Wicak [Malang, Jatim], Herdiana Firmansyah [Pangandaran, Jabar], Agung Wirawan [Gowa, Sulsel], El Radhie Nour Ambiya [Aceh Besar, NAD] serta sejumlah pejabat Kementan, widyaiswara dan dosen.

Sementara dari pihak Korea selaku penyelenggara workshop yakni Korea Agency of Education, Promotion and Information Service in Food, Agriculture, Forestry and Fisheries [EPIS] hadir Direktur Divisi Internasional EPIS, Soyong Jung didampingi General Manager EPIS, Lee Kang Oh dan Project Manager of K-Smart Farm di Indonesia, Kwang Woo Lee.

Upaya BPPSDMP Kementan bermitra dengan EPIS Korea, sejalan dengan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bahwa Indonesia tidak boleh hanya mengandalkan pertanian konvensional namun harus menggunakan smart farming dan digitalisasi. 

"Guna menerapkan semua itu, maka peningkatan kapasitas sumber daya manusia pertanian yang profesional, mandiri dan berdaya saing mutlak dibutuhkan untuk mewujudkan pertanian Indonesia yang maju, mandiri dan modern di masa depan," katanya.

Pernyataan senada dikemukakan Kepala BPPSDMP Kementan, Idha Widi Arsanti bahwa  memasuki era industri 4,0, insan pertanian harus mulai memahami arti penting sistem digitalisasi serta teknologi dan inovasi. 

"Teknologi dan inovasi sebagai modal utama dalam menarik generasi muda untuk menggeluti pertanian, baik secara keilmuan ataupun praktek langsung di lapang," katanya.

Kementan dan EPIS
Di Seoul, Korsel pada Minggu [29/9], Sekretaris BPPSDMP Kementan, Siti Munifah menegaskan kegiatan workshop merupakan implementasi Kerjasama Kementan dan EPIS Korsel di bawah koordinasi Kementerian Pertanian Korsel, Ministry of Agriculture, Food and Rural Affairs [MAFRA].

"Tujuannya, meningkatkan wawasan peserta untuk mempelajari pembangunan pertanian Korea yang telah mengaplikasikan teknologi tinggi dalam berusaha tani," katanya.

Siti Munifah mengapresiasi dukungan EPIS bagi Indonesia dalam mengintegrasikan teknologi mutakhir ke dalam praktik pertanian kami, yang akan meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan produk pertanian Indonesia.

"Transisi dari pertanian konvensional ke pertanian berbasis teknologi membutuhkan metodologi pelatihan yang komprehensif. Mulai dari analisis kebutuhan untuk memahami latar belakang dan tantangan petani, serta mengevaluasi sumber daya yang tersedia," katanya lagi.

Dia mengharapkan kelima petani muda dapat menjalani metode pelatihan yang beragam, termasuk sesi teori, demonstrasi praktis, dan studi kasus, yang penting untuk meningkatkan pemahaman. 

"Implementasi dimulai dengan proyek percontohan, disertai dengan dukungan teknis dengan bantuan langsung," kata Siti Munifah.

Dia mengharapkan, evaluasi kinerja dilakukan untuk mengukur hasil dan mengumpulkan umpan balik, sementara kelompok tani dibentuk untuk berbagi pengetahuan. Selain itu, akses ke pelatihan teknologi dan pemasaran harus diperkuat.

Sementara kemitraan dengan lembaga pemerintah dan LSM, kata Siti Munifah, harus dibangun untuk mendukung keberlanjutan. Pendekatan holistik ini penting untuk membantu petani beradaptasi, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan pendapatan mereka.

"Diharapkan, kolaborasi pada teknologi rumah kaca pintar merupakan langkah penting dalam mengatasi tantangan pertanian modern," katanya lagi.

Dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti sensor, otomatisasi, dan analisis data, petani muda Indonesia dapat menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal untuk tanaman, sehingga meningkatkan hasil panen dan meningkatkan efisiensi sumber daya, termasuk penggunaan air dan energi.

Melalui pertanian pintar, ungkap Siti Munifah, kita dapat memberdayakan petani dengan memberi mereka akses ke teknologi yang lebih baik, untuk meningkatkan keterampilan mereka, dan membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim.

"Kemitraan ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem pertanian yang inklusif di mana semua petani, baik besar maupun kecil, dapat memperoleh manfaat dari teknologi," katanya lagi.

Siti Munifah mengharapkan Indonesia dan Korsel terus memperkuat sinergi ini dan menjadikan pertanian pintar sebagai solusi untuk masa depan pertanian yang berkelanjutan.

"Saya yakin bahwa melalui kolaborasi erat kita, kita akan menciptakan dampak positif tidak hanya bagi kedua negara kita tetapi juga bagi masyarakat global. Sekali lagi, terima kasih kepada MAFRA khususnya EPIS yang telah berkontribusi dalam inisiatif ini. Semoga kolaborasi ini terus tumbuh dan menghasilkan manfaat yang luas," ungkapnya


×

INDRAMAYU - Program Pertanian Modern yang sedang diusung oleh Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini menjadi salah satu program yang dilirik mahasiswa sebagai salah satu tempat pengembangan soft skill dan hard skill di bidang Pertanian. Pasalnya, core bussines program tersebut selain dalam rangka akselerasi peningkatan produktivitas padi, juga sebagai wadah pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), yang berbasis korporasi dan lebih professional. 

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman menerangkan guna mendorong peningkatan produktivitas secara maksimal maka penggunaan teknologi dan mekanisasi pertanian harus terus dimasifkan agar biaya produksi turun secara signifikan. Tidak hanya itu, Amran menambahkan bahwa milenial akan ikut bekerja manakala pertanian menguntungkan dan perlengkapan modern. 

Senada, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mendorong jajarannya untuk memprioritaskan berbagai program dan kegiatan yang mendukung ketahanan pangan dalam negeri. 
Menurutnya, saat ini fokus Kementan adalah mewujudkan akselerasi peningkatan produksi dan produktivitas pangan agar mampu swasembada.

Sebanyak 93 Mahasiswa Magang Studi Independent Bersertifikat (MSIB) yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia telah diterima oleh Direktur Polbangtan Bogor, Yoyon Haryanto, di Posko Pertanian Modern, Indramayu (21/09). Sembilan puluh tiga mahasiswa tersebut akan tersebar pada lima kecamatan yang menjadi pilot project Program Pertanian Modern, diantaranya Kecamatan Bangodua, Widasari, Tukdana, Lelea, dan Cikedung.  

“Kami telah menerima mahasiswa Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dari Program MSIB dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebanyak 93 orang yang akan ditempatkan di Posko Kementerian Pertanian terkait dengan Pertanian Modern di Posko Indramayu”, ujar Yoyon. 

Aktivitas yang akan dijalankan mahasiswa dalam program pertanian modern ini terdiri dari empat yaitu Pengembangan Padi Terpadu, Agribisnis, Teknologi Mekanisasi, dan Pemberdayaan Petani Berbasis Korporasi. Polbangtan Bogor sebagai Wakil Penanggungjawab “Program Pertanian Modern” berkontribusi secara nyata dengan menurunkan Dosen Pendamping yang akan mengawal agar mahasiswa MSIB dapat mencapai targetan sksnya. 
“Para mahasiswa dari magang MSIB ini semoga dapat menarik ilmu dan mempelajari kegiatan yang ada di lingkungan pertanian dan bisa mencapai sks yang diharapkan sekaligus hidup bermasyarakat di lingkungan petani dan memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan petani” tambah Yoyon. 

“Semoga Mahasiswa MSIB ini dapat menjadi regenerasi petani yang mampu mengakselerasi Pengembangan dan Pembangunan Pertanian di seluruh Indonesia. Mekanisasi alsintan petani millenial menjadi salah satu sentra strategis dalam pengembangan Pembangunan Pertanian”, tegas Yoyon. 

Pada kesempatan yang sama, hadir Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Indramayu, Sugeng Heryanto. Pemerintah Indramayu sangat menyambut baik dan siap mensupport agar kegiatan ini berjalan dengan lancar. 

“Mudah-mudahan program ini bermanfaat untuk masyarakat Indramayu, khususnya yang ada di 5 kecamatan. Semoga Mahasiswa MSIB bisa dapat mengamalkan ilmunya untuk Masyarakat Indramayu, khususnya bagi para petani” pungkas Sugeng.


×

SIMEULEU - Saat ini kita sedang menghadapi tantangan serius dalam produksi beras,  Kementerian Pertanian (Kementan) mengambil langkah cepat dengan meluncurkan kebijakan Perluasan Areal Tanam (PAT). Tindakan ini merupakan respon terhadap kendala yang muncul akibat perubahan iklim. 

Dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan nasional, Kementan telah mengimplementasikan kebijakan PAT dengan  program optimalisasi lahan (Oplah), pompanisasi, dan tumpang sisip padi gogo di seluruh wilayah yang memiliki potensi tinggi untuk ditanami. Salah satu lokasi yang memiliki potensi tersebut adalah Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh.

Menurut Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, PAT merupakan aksi nyata untuk mengantisipasi darurat pangan. Dijelaskannya, komitmen akan kegiatan tersebut adalah pencapaian realisasi sesuai target dari masing-masing wilayah di tiap provinsi.

Meski demikian, Mentan menegaskan jika dibutuhkan peran penyuluh untuk mendukung hal tersebut. Ia menambahkan, penyuluh adalah garda terdepan dalam pembangunan pertanian, memiliki fungsi vital dalam mensuksekan program utama Kementan.

Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Idha Widi Arsanti, mengatakan peran penyuluhan dalam pengawalan PAT juga sangat krusial untuk memastikan bahwa teknik dan metode yang digunakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal. 

"Para penyuluh pertanian diharapkan dapat memberikan bimbingan dan dukungan teknis yang diperlukan bagi petani di setiap kabupaten," tegas Santi.

Dalam kunjungan kerja yang dilakukan di Kabupaten Simeuleu,  Jumat (20/09/2024), Kementan melalui  BPPSDMP, melakukan peninjauan lokasi pertanian di Kabupaten Simeuleu untuk mengantisipasi krisis pangan. Di antaranya memonitoring program Perluasan Areal Tanam (PAT) dan program pompanisasi. Selain itu dilakukan Pembinaan Penyuluh Pertanian di lapangan yang dihadiri Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Simeulue dan Koordinator Penyuluh.

Sekretaris BPPSDMP, Siti Munifah, memastikan bahwa program optimalisasi lahan ini bermanfaat bagi para petani di Provinsi Aceh khususnya di Kabupaten Simeulue.

 ”Selain oplah saya juga memastikan pompa yang telah dikirimkan oleh Kementan kepada Kabupaten Simeulue telah diberikan ke petani di lapangan sebelum akhir Bulan September untuk percepatan pertanaman”, Ujar beliau.

“Perawatan dan pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan) menjadi perhatian khusus, sehingga di masa yang akan datang alumni Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) dan khususnya Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) dapat berkontribusi di Kabupaten Simeulue”, tambah Munifah.

Ditambahkan oleh PJ. Bupati Kabupaten Simeulue, Teuku Reza Fahlevi yang menyatakan bahwa delapan puluh persen penduduk di Simeulue memperoleh pendapatan dari pertanian. 

”Bantuan pompa yang telah diberikan sangat bermanfaat bagi petani, selain itu kami telah membentuk Brigade untuk mendukung persiapan penanaman terutama olah lahan dan pengairan”, kata Teuku Reza.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Simeulue, Samsuar juga menyampaikan bahwa mencanangkan program tanam serentak di Kabupaten Simeulue, dengan perluasan areal tanam sebesar 7.172 Ha.

 ”Bantuan yang telah diberikan sangat bermanfaat bagi petani”, ujar Samsuar.

Ada beberapa lokasi kunjungan yaitu Kecamatan Simeulue Tengah, Kecamatan Simeulue Cut, dan Kecamatan Salang yang merupakan lokasi Oplah. Sehingga diharapkan Kabupaten Simeulue tahun 2024 ini bisa mengulang tahun 2022 yang bisa surplus beras.


×

KUALA LUMPUR - Pengusaha wanita memiliki peran strategis pada sektor pertanian, untuk memperkuat rantai pasok pangan nasional. Dengan investasi pada teknologi modern, pengolahan hasil serta distribusi yang efisien, Indonesia mampu mengurangi ketergantungan pada impor dan meningkatkan produksi pangan lokal.

Peran strategis pengusaha wanita Indonesia pada sektor pertanian dikemukakan oleh Menteri Pertanian (Mentan) RI Andi Amran Sulaiman. Pasalnya, peran perempuan dalam pembangunan nasional, khususnya di sektor ekonomi semakin penting.

Harapan Mentan Amran Sulaiman tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) - Kementerian Pertanian (Kementan) RI Idha Widi Arsanti selaku keynote speaker pada Rapat Kerja Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia 2024 (Raker IWAPI) pada Selasa (24/09/2024) di Kuala Lumpur, Malaysia.

Raker IWAPI 2024 di Kuala Lumpur dihadiri oleh Ketua Umum DPP Iwapi, Nita Yudi beserta pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Iwapi serta pengurus asosiasi pengusaha wanita Malaysia. Raker di Kuala Lumpur, merupakan upaya Iwapi untuk meluaskan peran dan jaringan usaha Iwapi di mancanegara khususnya kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Mentan Amran menambahkan, wanita pengusaha yang tergabung dalam IWAPI, telah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa dalam mengembangkan usaha-usaha yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun internasional.

"Saya yakin, melalui kerja keras dan semangat  kewirausahaan yang Anda semua miliki, kita akan semakin kuat dalam menghadapi tantangan ekonomi global," kata Kabadan SDM yang akrab disapa Santi mengutip harapan Mentan Amran.

Mentan Amran meyakini, swasembada pangan tidak dapat dicapai tanpa adanya sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak termasuk pengusaha wanita.

Mentan menambahkan, Kementan sebagai kementerian yang yang bertugas untuk menyediakan produksi bahan pangan bagi 281 juta penduduk Indonesia dan mempunyai program mewujudkan swasembada pangan.

"Bukan hanya sekadar target untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, juga merupakan langkah strategis untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan memajukan kesejahteraan petani kita," kata Mentan Amran.

Dalam Raker IWAPI 2024 di Kuala Lumpur tersebut, Kabadan SDM Santi mengakui merasa sangat terhormat dan berbahagia dapat hadir di tengah-tengah para pengusaha wanita yang hebat, inovatif dan berkomitmen dalam menggerakkan perekonomian bangsa kita.

Potensi Besar IWAPI
Mentan Amran Sulaiman mengingatkan bahwa pencapaian swasembada pangan menuntut sinergi dan kolaborasi banyak pihak, termasuk pengusaha wanita yang tergabung pada IWAPI.

"Saya melihat potensi besar IWAPI untuk turut serta mendukung program tersebut melalui sejumlah strategi. Pertama, meningkatkan investasi di sektor pertanian. Pengusaha wanita memiliki peran strategis memperkuat rantai pasok pangan nasional," katanya.

Kedua, mendukung pemberdayaan petani perempuan. Hingga Februari 2024, Badan Pusat Statistisk merilis data tentang jumlah perempuan yang bekerja di sektor pertanian mencapai 28,64% dari jumlah tenaga kerja. 

Sementara itu, kata Mentan, jumlah perempuan pengelola usaha pertanian perorangan pada 2023 mencapai 4,231 juta jiwa dari total 29,34 juta jiwa.

"Melihat fakta tersebut, pemberdayaan mereka akan menjadi salah satu kunci keberhasilan swasembada pangan. Iwapi dapat berperan memberikan pelatihan kewirausahaan, akses permodalan, serta pendampingan dalam pengelolaan usaha tani yang berkelanjutan," kata Kabadan Santi mengutip arahan Mentan Amran.

Ketiga, mendorong inovasi dalam pengolahan produk pangan lokal. Saya mengajak IWAPI terus mengembangkan inovasi dalam pengolahan dan pengemasan produk pangan lokal. Dengan memberikan nilai tambah pada hasil pertanian, kita tidak hanya meningkatkan pendapatan petani, juga diversifikasi pangan, memperluas peluang ekspor dan memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global.

Strategi keempat, kata Mentan adalah membangun jaringan distribusi pangan yang efektif. Kuncinya, memastikan bahwa hasil produksi pangan dapat didistribusikan dengan baik ke seluruh wilayah Indonesia. 

"IWAPI, dengan jejaring yang luas, dapat menjadi mitra strategis dalam memperkuat rantai distribusi pangan yang efisien dan merata," tutup Mentan

×

Berikan Penilaian Anda Terhadap Layanan CERMAT

×

Terima Kasih!

Terima kasih telah memberikan rating dan komentar Anda!